Lorem Ipsum/DOL Differet Solmena

Separat existentie 2010 Unee MYT por scientie, musica, sport etc, litot Europa usa li sam Vocabular Lingues, differe solmen in li grammatica, li pronunciation. Delete this widget in Dashboard and add yours. This is just an example. Read More
2 komentar

Harta yang Terbuang

Kamis, 10 Mei 2012

Oleh : Irvani Utami
            Di suatu tepi kota yang sangat indah, hiduplah 3 orang sahabat bersama seorang guru mereka. Persahabatan mereka telah terbentuk dari mereka kecil karena dari bayi mereka bertiga di asuh oleh sang guru. Mereka ialah Dani, Tono dan Rendi.
Mereka sangat pengetian dan saling tolong menolong. Jika ada satu yang sakit, maka yang lain akan menggantikan tugas sahabat mereka yang sakit. Begitu pula jika ada yang mendapatkan kesenangan, maka akan dibagi kepada sahabat-sahabatnya. Suka dan duka mereka selalu bersama.
            Suatu hari, sang guru memerintahkan mereka untuk mencari sebuah harta karun berdasarkan peta yang baru ia temukan. Karena merasa tak sanggup berjalan jauh, sang guru mempercayakan pencarian harta karun ini kepada 3 orang murid kesayangannya.
            Mendengar perintah sang guru, mereka bertiga sangat bahagia dan membayangkan kekayaan yang akan diperoleh jika telah menemukan harta tersebut.  Dani berpikir akan membuka sebuah perusahaan besar jika telah menemukan harta tersebut. Tono ingin pergi keliling dunia sedangkan Rendi ingin membeli sebuah pulau jika telah menemukan harta tersebut. Semuanya sibuk dengan pikiran masing-masing.
            Esok harinya, mereka berangkat dengan bekal seadanya dan doa dari sang guru. Berdasarkan peta, mereka menuju sebuah sungai besar yang terletak di utara. Dengan penuh semangat mereka mencari sungai tersebut. Di tengah perjalanan, mereka kembali sibuk dengan pemikiran masing-masing jika telah menemukan harta karun tersebut.
            Tanpa sepengetahuan Rendi, di tengah perjalanan Dani dan Tono berencana untuk menyingkirka Rendi dari pencarian harta karun agar harta yang mereka dapat bisa lebih banyak. Maka, disusunlah rencana untuk menyingkirkan sahabat mereka sendiri.
            Sesampainya di sungai, mereka beristirahat karena malam telah larut. Ketika Rendi sedang tertidur pulas,  Dani dan Tono menyekap sahabatnya dan menghanyutkannya ke sungai. Mereka tega menghabisi nyawa sahabatnya sendiri demi sebuah harta karun yang belum jelas.
            Esok harinya, Dani dan Tono melanjutkan perjalanan menuju sebuah goa yang diyakini sebagai tempat penyimpanan harta karun.  Di tengah perjalanan kesana, mereka harus melewati bukit yang terjal dan jurang yang dalam. Ketika mereka berada di tepi jurang, Tono dengan sengaja mendorong Dani hingga jatuh ke dasar jurang. Sekali lagi, ia rela mengakhiri nyawa sahabatnya demi harta yang belum jelas.
            Akhirnya, Tono sampai di goa yang ia tuju. Dengan senyum ia membuka kotak yang diyakininya berisi harta yang sangat ia cari. Namun, ketika membuka kotak tersebut ia merasa sangat terpukul karena hanya berisi selembar kertas. Ternyata, kertas tersebut ialah pesan dari gurunya sendiri.
            “Jika kalian bersama telah membaca kertas ini, berarti kalian telah berhasil menemukan harta tersebut. Namun, jika salah satu saja dari kalian tidak membaca surat ini berarti harta itu telah hilang. Karena harta itu adalah sebuah persahabatan yang sangat mahal. Dari awal, harta karun yang kalian pikirkan berlian ataupun emas itu tidak ada. Sebenarnya, saya hanya ingin menguji sejauh mana persahabatan yang telah kalian bangun dari kecil. Semoga perkiraan saya tidak salah. Setelah ini, kalian kembalilah pulang.  Maaf telah membuat susah kalian,” isi surat tersebut.
            Tak terasa, air mata Tono mengalir. Nasi telah menjadi bubur.  Sahabat-sahabat yang ia miliki kini telah tiada hanya karena keserakahan semata. Kini, harta yang sangat berharga telah pergi. Yang tinggal hanyalah penyesalan yang mendalam.
#7HariMendongeng :)
3 komentar

Pak Raden Pahlawanku

Rabu, 09 Mei 2012


Oleh : Irvani utami
            Di suatu desa kecil terdapat sebuah perkampungan semut. Semut-semut ini hidup damai selama bertahun-tahun. Di sudut perkampungan terdapat sebuah patung seekor semut yang telah lapuk. Di perkirakan patung tersebut telah di buat berpuluh tahun yang lalu.
            Suatu hari, dua semut bersaudara Andi dan Dino sedang bermain di dekat patung tersebut. Lalu mereka melihat para semut dewasa sedang berkumpul disana sambil berdo’a. Karena bingung melihat kejadian tersebut, mereka pun pulang dan menanyakan hal tersebut kepada ibu mereka.
            Setelah sampai di rumah, “Bu, kenapa orang-orang disana berdoa kepada patung itu bu?” tanya Anto.
            “Iya Bu, memangnya itu patung siapa? Kenapa terlalu dihormati?” tanya Dino tak mau kalah.
            Ibu mereka hanya tersenyum mendengar pertanyaan kedua anaknya tersebut dan bersiap menjelaskan.
            “Dahulu kala, perkampungan tempat tinggal kita sangat miskin. Makanan sangat sulit diperoleh, apalagi jika musim kemarau datang. Air sangaaaat jarang dan begitu banyak masyarakat kita yang mati kelaparan” awal cerita sang ibu.
            “Lalu apa hubungannya dengan patung tua itu ibu? Dia siapa?” tanya Dino penasaran.
            Ibu kembali tersenyum dan melanjutakan ceritanya.
            “Pada masa itu, ada seekor semut muda bernama Raden yang sangat jahil sekali. Sangat suka mengganggu ketentraman masyarakat. Meski seperti itu, ia sangat suka menolong terutama menolong semut tua. Namun, tidak ada yang mengetahui sifat baik semut muda ini sehingga ia sering di kucilkan dalam masyarakat” lanjut ibu.
            “Suatu hari, persediaan makanan masyarakat habis. Makanan hanya bisa didapat jika kita pergi ke suatu tempat yang sangat jauh. Butuh  waktu seharian penuh untuk pergi kesana sehingga para semut ini tidak ada yang meu pergi. Sekitar 2 hari mereka bertahan hidup tanpa makanan. Para semut kecil dan semut tua banyak yang mati karena tak kuat lagi menahan kelaparan.  Pada saat itu, kehidupan memang sangat sulit”
            “Lalu apa yang terjadi Ibu? Apa hubungannya dengan patung tadi? Raden itu siapa pula bu?” desak Anto.
            “Hari berikutnya, masyarakat sungguh terkejut dengan apa yang mereka lihat. Setumpuk makanan terletak di hadapan rumah mereka masing-masing. Terlihat persediaan makanan yang ada cukup untuk 3 hari. Tidak ada yang tahu siapa yang memberikan mereka makanan. Sehingga mereka bersuka-cita bersama menikmati makanan yang mereka anggap turun dari langit. Setelah beberapa hari, persediaan makanan mereka kembali habis dan hari berikutnya kembali ada makanan di depan rumah mereka. Begitu seterusnya”
            “Namun, setelah beberapa kali dikirimkan makanan, para penduduk menjadi sangat malas. Mereka tidak mau berusaha dan hanya menunggu. Tepat setelah pengiriman makanan yang kelima, pengiriman makanan seakan berhenti. Selama seminggu mereka menunggu kiriman makanan dan tak kunjung datang. Karena musim kemarau telah usai, mereka tak lagi kekurangan makanan. Namun, karena penasaran mereka mengusut darimana asalnya makanan tersebut”
            “Setelah menelusuri satu persatu saksi yang ada, terdapat kesimpulan jika yang mengirimi mereka makanan selama ini adalah Raden. Begitu menyesalnya masyarakat saat itu dan ingin meminta maaf kepada Raden. Namun, sayangnya mereka tidak menemukan keberadaan Raden sama sekali. Mereka mencari dan terus mencari dimana Raden sekarang. Alhasil, mereka menemukan tubuh Raden terletak di perjalanan menuju tempat dimana ia mengambil makanan selama ini. Tubuhnya koyak, sepertinya ia dihadang oleh belalang yang ingin merebut makanan dari tangannya. Melihat hal tersebut timbul penyesalan yang mendalam bagi masyarakat saat itu. Dan untuk menghormati Raden yang telah berjuang sendiri, mereka membuat patung yang kalian lihat tadi” jelas ibu panjang lebar.
            “Kasihan ya Pak Raden bu. Sebelumnya dikucilkan tapi masih mau membantu,” komentar Dino.
            “Iya. Sekarang, apa pelajaran yang dapat kalian ambil?” tanya ibu.
            “Jangan pernah menganggap seseorang itu jahat jika hanya melihat dari sisi negatifnya. Kita juga harus menilai dari sisi positifnya. Iya kan bu?” jawab Anto cepat.
            “Iya. Kalau kamu Dino?” tanya ibu kepada Dino.
            “Kita harus selalu saling membantu. Benar kan bu?”
            “Tepat sekali” jawab ibu tersenyum.
            Sejak saat itu Anto dan Dino menjadi rajin menolong sesama. Mereka ingin menjadi seperti Pak Raden yang suka menolong.
#7HariMendongeng :)
2 komentar

Puisi Kita

Selasa, 08 Mei 2012

SMA memang selalu punya cerita :)

ketika sedang malas belajar di sekolah dan gak tau mau ngapain, mungkin bikin puisi adalah sesuatu yg bagus. itulah yg gue kerjain ama temen gue firda di kelas. kita berbalas puisi pas belajar sore yg waktu itu emang lgi boriiing bgt. dan hasilnya gak mengecewakan kok..

Curahan hati sahabat
By : @irvani28 dan @dafirdafirda

pernahkah kamu tahu daun-daun berguguran seakan ikut menemani gugurnya air mataku
meski angin telah berusaha untuk menghapusnya, hujan turun membasahinya lagi
pedih itu takkan pernah habis karena aku senantiasa memeliharanya
meski telah ada yang berusaha memberiku cahaya matahari yang panas

dan pernahkah kamu tahu, guguran itu berlangasung sepanjang tahun
meski telah ada cahaya yang menghangatkanmu
luka itu akan lebih pedih di tempa embun 
karena kau biarkan luka menganga diguyur air mata

kamu tak pernah tahu apa itu luka
luka tak selalu darah namun kadang membuat kita membiru
luka tak selalu tampak namun pasti menyakitkan
aku pantas dan menginginkan luka itu agar cahaya yang menghangatkanku tak mendapat luka yang kualami dan yang pedih itu

kawan, cahaya dan luka mungkin akan bertemu
sembunyikanlah luka itu atau bawa lari lukamu
sepahit apa kau menahan perih sakitnya
mungkin juga dirasakan cahayamu
menjauhlah dari luka itu dan jangan menemuinya lagi
atau perlahan cahayamu akan ikut merasakannya dan redup perlahan
kadang angin tak selalu menerbangkan debu, namun debu dapat menggelapkan angin

jangan takut, cahaya itu takkan pernah melihatku terluka
sedapat mungkin aku akan tersenyum siang hari dan mulai bergelut dengan luka di malam hari
tak kan kubiarkan cahaya itu tahu karena cahaya sudah pernah mencurahkan air mata karena sikapku
tak ingin lagi ku mendapati dia tersakiti untuk ke dua kalinya..

(19 oktober 2011)

inilah puisi berbalas kami, gimana hasilnya? banyak kurangkah?
semoga kami bisa memperbaikinya dan membuat yg lebih bagus..

see you in the next post..