Lorem Ipsum/DOL Differet Solmena

Separat existentie 2010 Unee MYT por scientie, musica, sport etc, litot Europa usa li sam Vocabular Lingues, differe solmen in li grammatica, li pronunciation. Delete this widget in Dashboard and add yours. This is just an example. Read More

Pak Raden Pahlawanku

Rabu, 09 Mei 2012


Oleh : Irvani utami
            Di suatu desa kecil terdapat sebuah perkampungan semut. Semut-semut ini hidup damai selama bertahun-tahun. Di sudut perkampungan terdapat sebuah patung seekor semut yang telah lapuk. Di perkirakan patung tersebut telah di buat berpuluh tahun yang lalu.
            Suatu hari, dua semut bersaudara Andi dan Dino sedang bermain di dekat patung tersebut. Lalu mereka melihat para semut dewasa sedang berkumpul disana sambil berdo’a. Karena bingung melihat kejadian tersebut, mereka pun pulang dan menanyakan hal tersebut kepada ibu mereka.
            Setelah sampai di rumah, “Bu, kenapa orang-orang disana berdoa kepada patung itu bu?” tanya Anto.
            “Iya Bu, memangnya itu patung siapa? Kenapa terlalu dihormati?” tanya Dino tak mau kalah.
            Ibu mereka hanya tersenyum mendengar pertanyaan kedua anaknya tersebut dan bersiap menjelaskan.
            “Dahulu kala, perkampungan tempat tinggal kita sangat miskin. Makanan sangat sulit diperoleh, apalagi jika musim kemarau datang. Air sangaaaat jarang dan begitu banyak masyarakat kita yang mati kelaparan” awal cerita sang ibu.
            “Lalu apa hubungannya dengan patung tua itu ibu? Dia siapa?” tanya Dino penasaran.
            Ibu kembali tersenyum dan melanjutakan ceritanya.
            “Pada masa itu, ada seekor semut muda bernama Raden yang sangat jahil sekali. Sangat suka mengganggu ketentraman masyarakat. Meski seperti itu, ia sangat suka menolong terutama menolong semut tua. Namun, tidak ada yang mengetahui sifat baik semut muda ini sehingga ia sering di kucilkan dalam masyarakat” lanjut ibu.
            “Suatu hari, persediaan makanan masyarakat habis. Makanan hanya bisa didapat jika kita pergi ke suatu tempat yang sangat jauh. Butuh  waktu seharian penuh untuk pergi kesana sehingga para semut ini tidak ada yang meu pergi. Sekitar 2 hari mereka bertahan hidup tanpa makanan. Para semut kecil dan semut tua banyak yang mati karena tak kuat lagi menahan kelaparan.  Pada saat itu, kehidupan memang sangat sulit”
            “Lalu apa yang terjadi Ibu? Apa hubungannya dengan patung tadi? Raden itu siapa pula bu?” desak Anto.
            “Hari berikutnya, masyarakat sungguh terkejut dengan apa yang mereka lihat. Setumpuk makanan terletak di hadapan rumah mereka masing-masing. Terlihat persediaan makanan yang ada cukup untuk 3 hari. Tidak ada yang tahu siapa yang memberikan mereka makanan. Sehingga mereka bersuka-cita bersama menikmati makanan yang mereka anggap turun dari langit. Setelah beberapa hari, persediaan makanan mereka kembali habis dan hari berikutnya kembali ada makanan di depan rumah mereka. Begitu seterusnya”
            “Namun, setelah beberapa kali dikirimkan makanan, para penduduk menjadi sangat malas. Mereka tidak mau berusaha dan hanya menunggu. Tepat setelah pengiriman makanan yang kelima, pengiriman makanan seakan berhenti. Selama seminggu mereka menunggu kiriman makanan dan tak kunjung datang. Karena musim kemarau telah usai, mereka tak lagi kekurangan makanan. Namun, karena penasaran mereka mengusut darimana asalnya makanan tersebut”
            “Setelah menelusuri satu persatu saksi yang ada, terdapat kesimpulan jika yang mengirimi mereka makanan selama ini adalah Raden. Begitu menyesalnya masyarakat saat itu dan ingin meminta maaf kepada Raden. Namun, sayangnya mereka tidak menemukan keberadaan Raden sama sekali. Mereka mencari dan terus mencari dimana Raden sekarang. Alhasil, mereka menemukan tubuh Raden terletak di perjalanan menuju tempat dimana ia mengambil makanan selama ini. Tubuhnya koyak, sepertinya ia dihadang oleh belalang yang ingin merebut makanan dari tangannya. Melihat hal tersebut timbul penyesalan yang mendalam bagi masyarakat saat itu. Dan untuk menghormati Raden yang telah berjuang sendiri, mereka membuat patung yang kalian lihat tadi” jelas ibu panjang lebar.
            “Kasihan ya Pak Raden bu. Sebelumnya dikucilkan tapi masih mau membantu,” komentar Dino.
            “Iya. Sekarang, apa pelajaran yang dapat kalian ambil?” tanya ibu.
            “Jangan pernah menganggap seseorang itu jahat jika hanya melihat dari sisi negatifnya. Kita juga harus menilai dari sisi positifnya. Iya kan bu?” jawab Anto cepat.
            “Iya. Kalau kamu Dino?” tanya ibu kepada Dino.
            “Kita harus selalu saling membantu. Benar kan bu?”
            “Tepat sekali” jawab ibu tersenyum.
            Sejak saat itu Anto dan Dino menjadi rajin menolong sesama. Mereka ingin menjadi seperti Pak Raden yang suka menolong.
#7HariMendongeng :)

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Ah, kita harus bisa melihat setiap orang dari kedua sisinya ya. Tidak selamanya seorang yang itu akan melakukan sesuatu yang buruk. Ya, pada titik tertentu dia bisa juga melakukan sesuatu yang baik.

Tulisan yang sangat menarik Irvan. ;)

Tetap semangat ya di #7HariMendongengnya.

Sii Vani mengatakan...

betul banget..
makasih telah koment :)

Lika Jafni Hirda mengatakan...

Wahh, ceritanya menarikk... Ditunggu cerita selanjutnya ....
Maen juga kesini ya http://blolika.blogspot.com/

Posting Komentar