Oleh
: Irvani utami
Di suatu desa kecil terdapat sebuah perkampungan
semut. Semut-semut ini hidup damai selama bertahun-tahun. Di sudut perkampungan
terdapat sebuah patung seekor semut yang telah lapuk. Di perkirakan patung
tersebut telah di buat berpuluh tahun yang lalu.
Suatu hari, dua semut bersaudara
Andi dan Dino sedang bermain di dekat patung tersebut. Lalu mereka melihat para
semut dewasa sedang berkumpul disana sambil berdo’a. Karena bingung melihat
kejadian tersebut, mereka pun pulang dan menanyakan hal tersebut kepada ibu
mereka.
Setelah sampai di rumah, “Bu, kenapa
orang-orang disana berdoa kepada patung itu bu?” tanya Anto.
“Iya Bu, memangnya itu patung siapa?
Kenapa terlalu dihormati?” tanya Dino tak mau kalah.
Ibu mereka hanya tersenyum mendengar
pertanyaan kedua anaknya tersebut dan bersiap menjelaskan.
“Dahulu kala, perkampungan tempat
tinggal kita sangat miskin. Makanan sangat sulit diperoleh, apalagi jika musim
kemarau datang. Air sangaaaat jarang dan begitu banyak masyarakat kita yang
mati kelaparan” awal cerita sang ibu.
“Lalu apa hubungannya dengan patung
tua itu ibu? Dia siapa?” tanya Dino penasaran.
Ibu kembali tersenyum dan melanjutakan
ceritanya.
“Pada masa itu, ada seekor semut
muda bernama Raden yang sangat jahil sekali. Sangat suka mengganggu ketentraman
masyarakat. Meski seperti itu, ia sangat suka menolong terutama menolong semut
tua. Namun, tidak ada yang mengetahui sifat baik semut muda ini sehingga ia
sering di kucilkan dalam masyarakat” lanjut ibu.
“Suatu hari, persediaan makanan
masyarakat habis. Makanan hanya bisa didapat jika kita pergi ke suatu tempat
yang sangat jauh. Butuh waktu seharian penuh
untuk pergi kesana sehingga para semut ini tidak ada yang meu pergi. Sekitar 2
hari mereka bertahan hidup tanpa makanan. Para semut kecil dan semut tua banyak
yang mati karena tak kuat lagi menahan kelaparan. Pada saat itu, kehidupan memang sangat sulit”
“Lalu apa yang terjadi Ibu? Apa
hubungannya dengan patung tadi? Raden itu siapa pula bu?” desak Anto.
“Hari berikutnya, masyarakat sungguh
terkejut dengan apa yang mereka lihat. Setumpuk makanan terletak di hadapan
rumah mereka masing-masing. Terlihat persediaan makanan yang ada cukup untuk 3
hari. Tidak ada yang tahu siapa yang memberikan mereka makanan. Sehingga mereka
bersuka-cita bersama menikmati makanan yang mereka anggap turun dari langit. Setelah
beberapa hari, persediaan makanan mereka kembali habis dan hari berikutnya kembali
ada makanan di depan rumah mereka. Begitu seterusnya”
“Namun, setelah beberapa kali
dikirimkan makanan, para penduduk menjadi sangat malas. Mereka tidak mau
berusaha dan hanya menunggu. Tepat setelah pengiriman makanan yang kelima,
pengiriman makanan seakan berhenti. Selama seminggu mereka menunggu kiriman
makanan dan tak kunjung datang. Karena musim kemarau telah usai, mereka tak
lagi kekurangan makanan. Namun, karena penasaran mereka mengusut darimana
asalnya makanan tersebut”
“Setelah menelusuri satu persatu
saksi yang ada, terdapat kesimpulan jika yang mengirimi mereka makanan selama
ini adalah Raden. Begitu menyesalnya masyarakat saat itu dan ingin meminta maaf
kepada Raden. Namun, sayangnya mereka tidak menemukan keberadaan Raden sama
sekali. Mereka mencari dan terus mencari dimana Raden sekarang. Alhasil, mereka
menemukan tubuh Raden terletak di perjalanan menuju tempat dimana ia mengambil
makanan selama ini. Tubuhnya koyak, sepertinya ia dihadang oleh belalang yang
ingin merebut makanan dari tangannya. Melihat hal tersebut timbul penyesalan
yang mendalam bagi masyarakat saat itu. Dan untuk menghormati Raden yang telah
berjuang sendiri, mereka membuat patung yang kalian lihat tadi” jelas ibu
panjang lebar.
“Kasihan ya Pak Raden bu. Sebelumnya
dikucilkan tapi masih mau membantu,” komentar Dino.
“Iya. Sekarang, apa pelajaran yang
dapat kalian ambil?” tanya ibu.
“Jangan pernah menganggap seseorang itu
jahat jika hanya melihat dari sisi negatifnya. Kita juga harus menilai dari
sisi positifnya. Iya kan bu?” jawab Anto cepat.
“Iya. Kalau kamu Dino?” tanya ibu
kepada Dino.
“Kita harus selalu saling membantu. Benar
kan bu?”
“Tepat sekali” jawab ibu tersenyum.
Sejak saat itu Anto dan Dino menjadi
rajin menolong sesama. Mereka ingin menjadi seperti Pak Raden yang suka
menolong.
3 komentar:
Ah, kita harus bisa melihat setiap orang dari kedua sisinya ya. Tidak selamanya seorang yang itu akan melakukan sesuatu yang buruk. Ya, pada titik tertentu dia bisa juga melakukan sesuatu yang baik.
Tulisan yang sangat menarik Irvan. ;)
Tetap semangat ya di #7HariMendongengnya.
betul banget..
makasih telah koment :)
Wahh, ceritanya menarikk... Ditunggu cerita selanjutnya ....
Maen juga kesini ya http://blolika.blogspot.com/
Posting Komentar